Senin, 20 September 2010

upaya meningkatkan rendemen tebu diwilayah tropika

Pendahuluan

Perjalanan kemasakan tebu dalam beberapa kondisi tertentu dapat mengalami kendala sehingga kandungan sukrosanya tidak mencapai sepenuh potensinya. Cuaca yang basah pada saat tanaman tebu mendekati umur panen, misalnya, dapat mengakibatkan tanaman gagal mencapai puncak kemasakan potensialnya.
Demikian pula intensitas penyinaran yang tidak maksimal akibat cuaca yang sering berawan selama periode pemasakan, seperti yang sering dialami oleh pertanaman tebu di wilayah tropika, dapat mengakibatkan pencapaian kadar gula atau rendemen yang relatif rendah.
Teknologi zat pemacu kemasakan tebu (ZPK, cane ripener) mulai diperkenalkan di pertengahan tahun 1970an, terutama di perkebunan-perkebunan di Hawaii, Florida, Lousiana, Afrika Selatan, dan Brasil.

Tujuan aplikasi ZPK adalah untuk memacu kemasakan tebu,khususnya di dalam situasi yang tidak ideal untuk berlangsungnya proses pemasakan secara alami.
Bahan kimia yang digunakan sebagai ZPK pada umumnya adalah sama dengan herbisida, namun diaplikasikan dalam dosis sub-letal (non-herbisidal). Glifosat dan turunannya merupakan bahan aktif yang paling banyak digunakan sebagai ZPK. Ada banyak formulasi dan nama produk yang dipasarkan untuk bahan aktif ini. Belakangan herbisida berbahan aktif fluasifop juga dilaporkan efektif, sementara etefon dan trineksapak merupakan senyawa-senyawa hormonal (zat pengatur tumbuh) bukan herbisida yang dilaporkan juga cocok digunakan sebagai ZPK.
Karena diaplikasikan pada tebu tua maka teknik aplikasi ZPK yang efektif adalah menggunakan pesawat terbang (aplikasi udara).Namun karena itu pula aplikasi ZPK memerlukan sejumlah persyaratan teknis yang harus dipenuhi, serta memerlukan suatu perencanaan yang cermat.


Pengalaman awal GMP

PT Gunung Madu Plantations (GMP) sudah mencoba menerapkan teknologi ZPK melalui aplikasi udara di awal 1980an, namun hasilnya diwaktu itu tidak terlalu jelas (inkonsisten). Berdasarkan pengamatan secara sampling memang terdapat kenaikan kadar gula atau rendemen yang memadai, tetapi dalam skala produksi perbaikan rendemen ini tidak dapat dirasakan.
Setelah beberapa musim menjalankan aplikasi udara ZPK dengan hasil demikian, GMP memutuskan untuk menghentikan upaya ini, terlebih lagi untuk menyediakan pesawat terbang beserta awaknya untuk tugas itu juga tidak mudah. Setelah kemudian didalami, disimpulkan ada beberapa hal penting yang mungkin mengakibatkan tidak jelasnya pengaruh ZPK di skala produksi diwaktu itu.
Hal-hal tersebut mencakup antara lain adanya keragaman respon varietas di kebun produksi, kondisi tanaman pada waktu itu yang relatif kurang mendukung munculnya respon yang positif (masih kuatnya gangguan hama dan penyakit, atau vigor tanaman yang tidak optimal),serta pelaksanaan aplikasi dan pemanenan yang tidak sinkron.
Berbekal pendalaman yang lebih baik terhadap teknologi ZPK serta mengambil pelajaran dari pelaksanaan aplikasi di tempat-tempat lain yang relatif berhasil, juga didorong oleh keinginan untuk meningkatkan produktivitas, maka GMP kembali mencoba menerapkan teknologi ini diawal 2000an, yang kemudian terus berlanjut hingga saat ini.
Dengan mengambil hikmah dari kelemahankelemahan di masa lalu maka pelaksanaan aplikasi udara ZPK diwaktu ini jauh lebih berhasil.


pesawat Pilatus Turbo Porter PC-6/B2-H2 sedang bersiap untuk tugas penyemprotan ZPK

Faktor-faktor kunci

Pada intinya ada empat hal yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu program aplikasi udara ZPK.

  1. Ada sinkronisasi antara saat aplikasi dengan saat pemanenan tebunya (4-6 minggu kemudian);
  2. Kualitas atau standar pelaksanaan aplikasi harus benar-benar terjaga;
  3. Kondisi tanaman yang diaplikasi cukup sehat;
  4. Aplikasi ZPK harus dilaksanakan secara masal agar dirasakan dampak positifnya pada skala produksi (apalagi untuk pabrik GMP yang harus dipasok lebih dari 12.000 ton tebu per hari).

kondisi cuaca (angin,suhu), keragaman antar varietas,dosis aplikasi yang tepat sangat menentukan bagi keberhasilan penyemprotan


Sisi kanan sudah disemprot ZPK, sisi kiri belumdisemprot

Dalam kondisi GMP, kenaikan rendemen di skala produksi dengan memenuhi semua persyaratan di atas dapat mencapai satu poin.
Perencanaan aplikasi ZPK dengan perencanaan panen harus jadi satu paket. Mengaplikasi ZPK berarti "mengikat" waktu panen, atau membuat jadwal panen tidak bisa lagi fleksibel. Suatu petak kebun yang sudah teraplikasi harus benar-benar dipanen 4-6 minggu kemudian, sesuai waktu-tunggu yang tepat bagi varietas dan ZPK yang digunakan. Dalam program aplikasi masal, waktu panen yang tidak sinkron atau bergeser dari saat yang direncanakan akan mengacaukan efektivitas keseluruhan program. Hal ini dapat berakibat kenaikan rendemennya tidak maksimal, bahkan dapat berdampak negatif kepada tanaman yang diaplikasi ataupun keprasannya.
Dalam hal ini organisasi dan pelaksanaan panenan harus dapat dikendalikan dan "dikuasai" sepenuhnya. Tanpa memenuhi prasyarat ini suatu program aplikasi ZPK tidak akan berhasil.
Kualitas atau standar pelaksanaan aplikasi yang tinggi dapat dipenuhi bila didukung oleh pengetahuan yang baik tentang teknik aplikasi dan faktor-faktor agronomis yang dapat memengaruhi aplikasi.

Kalibrasi terhadap sistem aplikasi pesawat harus dilakukan secara cermat sehingga ZPK teraplikasi secara merata dengan dosis yang tepat. Teknisi pesawat dan penerbang harus bekerjasama seerat mungkin dengan tim agronomis yang merancang program aplikasi. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi hasil aplikasi seperti kondisi cuaca (angin,suhu), keragaman antar varietas (sifat, produktivitas/bobot tebu), dosis aplikasi yang tepat, dan lain-lain, harus dikenali dan dikuasai.

Hasil yang maksimal diperoleh bila tanaman yang diaplikasi berada dalam kondisi kesehatan yang memenuhi syarat. Tanaman yang terserang hama atau penyakit, tercekam pertumbuhan nya karena gangguan gulma atau kekeringan,dan lain-lain, tidak akan dapat merespon ZPK dengan baik.

Skala aplikasi sangat menentukan kenaikan rendemen hasil aplikasi ZPK dalam skala produksi. Adanya campuran antara tebu yang diaplikasi dan tidak diaplikasi dalam pasokan tebu harian ke pabrik tentu memengaruhi hasil rendemen gabungan. Bila kenaikan rendemennya ingin dirasakan dan nyata, berdasarkan pengalaman GMP, pasokan tebu ke pabrik idealnya terdiri dari 85% (minimal) tebu teraplikasi ZPK.


Ground application?

Berdasarkan berbagai persyaratan di atas, aplikasi ZPK relatif lebih mudah dilaksanakan pada pertanaman tebu dengan sistem perkebunan yang luas dan masif ("perkebunan HGU"). Kebun-kebun tebu petani ("tebu rakyat") sebenarnya tetap berpeluang diperlakukan dengan ZPK asalkan jadwal pemanenannya dapat dikuasai dan dikendalikan dengan baik.
Untuk keperluan aplikasi secara manual (ground application) dibutuhkan suatu perangkat aplikasi yang tepat serta kebun tebu yang terpelihara rapi agar petugas aplikasi tetap dapat bekerja secara efektif dalam situasi tanaman tebu yang sudah tinggi/tua.

0 komentar:

Posting Komentar