Senin, 20 September 2010

membangun lingkungan pertumbuhan terbaik dengan berlandaskan asas konservasi

Ketika Gunung Madu Plantations memulai usahanya, lahan asal yang dihadapi berupa padang alang-alang dan hutan sekunder dengan vegetasi yang tipis. Hal ini memberikan informasi bahwa lahan telah mengalami proses degradasi awal. Gunung Madu Plantations menghendaki agar tanah dengan kondisi demikian dapat dimanfaatkan untuk mendukung perkebunan tebu yang sehat dan produktif, maka tanah tersebut harus dikelola dengan tepat dan bijaksana.
Di dalam mengolah tanah Gunung Madu berpegang pada konsep pokok pengelolaan tanah yaitu

  1. Memperbaiki kemampuan tanah menyimpan dan menyediakan hara,
  2. Memper-besar volume perakaran,
  3. Pelestarian (konservasi). Sudah merupakan komitmen bersama bahwa sebagai upaya menambah bahan organik dalam tanah, maka setiap tahun setidaknya ada 3500 ha kebun harus diaplikasi limbah padat pabrik yang berupa blotong, bagasse, dan abu (BBA) serta melakukan rotasi dengan tanaman benguk (Mucuna sp). BBA dapat diaplikasikan secara langsung setelah dilakukan pencampuran di terminal BBA dengan perbanding-an tertentu atau dapat juga diaplikasikan setelah melalui proses ‘pengomposan’. Dosis BBA yang tidak dikomposkan 80 ton/ha sedangkan yang sudah menjadi kompos 40 ton/ha. Aplikasi BBA dilakukan setelah olah tanah I.
Di awal pembukaan perkebunan ini paket pengolahan tanah sangat sederhana dengan menggunakan traktor berdaya rendah (86 HP), kemampuan kerjanyapun juga rendah ± 0,30 ha per jam (bajak piringan). Perkembangan selanjutnya menjadi komplek dan menggunakan traktor berdaya besar (140 HP), hasil kerjanya dapat mencapai kedalaman olah ± 25cm dan kemampuan kerjanya mencapai 1,00 ha per jam (Bajak-garu piringan). Frekuensi alat memasuki kebunpun semakin sering.
Paket tersebut memberikan dampak pemampatan tanah cukup tinggi dan menimbulkan akibat yang nyata.

Sadar dengan pelestarian tanah dan sebagai upaya mengurangi frekuensi lintasan alsintan di dalam petak, paket pengolahan tanah selanjutnya disederhanakan dan merakit implemen multifungsi, sedangkan untuk memecah lapisan kedap air dan membalikkan tanah dilakukan pengolahan tanah menggunakan bajak singkal yang kedalaman kerjanya dapat mencapai ± 35cm, kemampuan kerja mencapai 0,5 ha per jam atau menggunakan “big ripper” yang kedalaman kerjanya mencapai 50 cm dengan kemampuan kerja 0,4 ha per jam (traktor 140 HP), bahkan upaya untuk mengurangi pemampatan tanah sampai pada titik minimal, sudah dipikirkan dan dicoba pengolahan tanah sistem zonal.
Hal ini cukup beralasan karena menggunakan plowing harrow dapat mengurangi 60% biaya dibandingkan menggunakan bajak singkal. Perlakuan pengolahan tanah dalam meng-gunakan subsoiler atau big ripper dapat memperbaiki kondisi tanah. Kecuali hal tersebut di atas, rancang bangun implemen, perubahan jarak tanam dan penanaman ‘green manure’ juga mampu mengurangi terjadinya ‘compaction’.
Paket pengolahan sederhana yang diterapkan saat ini adalah Olah tanah I yang berfungsi mencacah tunggul tebu, memecah dan membalikkan tanah. Implemen yang digunakan adalah disc plough, berdiameter 32 inci (traktor penarik berdaya 86-100 HP) atau ‘disc plough harrow’ berdiameter 28 inci atau 32 inci (traktor penarik berdaya 140 HP), atau berdiameter 36 inci (traktor penarik berdaya 290 HP).

No.KegiatanImplemenAlat MesinKedalaman KerjaHasil Kerja
1 Olah Tanah I Bajak piringan, 3 piringan 0 28" Traktor 2-WD/4-WD (86-100 HP) 20 cm 0,3 ha/jam
Bajak-garu piringan 0 28" Traktor 4-WD (140 HP) 20 cm 1,0 ha/jam
Bajak-garu piringan 0 32" Traktor 4-WD (140 HP) 25 cm 0,8 ha/jam
Bajak-garu mpiringan 0 36" Traktor (290 HP) 30 cm 1,0 ha/jam
2 Levelling
Bulldozer
20 x 100 m2/jam
3 Olah Tanah II Bajak-garu piringan 0 28" Traktor 4-WD (140 HP) 20 cm 1,3 ha/jam
Bajak-garu piringan 0 32" Traktor 4-WD (140 HP) 25 cm 0,9 ha/jam
4 Olah Tanam III Bajak Singkal Traktor 4-WD (140 HP) 30 - 35 cm 0,4 - 0,5 ha/jam
Ripper (big ripper) 2 mata Traktor 4-WD (140 HP) 40 - 45 cm 0,4 ha/jam
5 Kairan Ridger-pupuk 4 alur tanaman Traktor 4-WD (140 HP)
0,8 ha/jam

Selanjutnya untuk menghaluskan tanah dan sekaligus untuk menyacah ulang tunggul tebu, tanah diolah seperti olah tanah I dengan implemen dan traktor penarik yang sama, tetapi arah kerjanya tegak lurus dengan olah tanah I. Kemampuan kerja mencapai 1,00 ha per jam.

Untuk mendapatkan tanah yang mampu mendukung perkembang-an akar tanaman, membalikkan tanah bawahan ke atas dan sekaligus memecahkan lapisan kedap air maka langkah selanjut-nya adalah mengolah tanah dengan menggunakan bajak singkal atau dapat pula ‘big ripper’.

Lahan sudah remah dan diharapkan tunggul tebu lama tidak akan tumbuh lagi, selanjut-nya dibuat alur tempat tanaman. Sebagai langkah bijaksana untuk mengurangi frekuensi lintasan traktor di dalam kebun, implemen pembuat alur tanaman dibuat sekali kerja, sekaligus mengerjakan pemupukan dasar. Kemampuan kerja alat ini rata-rata 0,80 ha per jam.

1 komentar:

ekowinarno57 mengatakan...

seneng banget baca blog ini selain bisa melihat kemajuan teknologi tebu juga menemukan photo pesawat penyemprot zpk. ini langka dan unik banget..karena pesawat dg logo TNI-AU tapi terbangnya di sawah? saya kebetulan sedang mencari photo pesawat ini utk merakit plastikmodelkit hobby saya. kalo ada lagi photo yg memotret no registrasi dan logo di sayap kiri/kanan serta atas bawahnya..mau dong. skaligus mohon ijin utk mengupload photonya di blogsaya http://airplane-modelkit.blogspot.com
salam

Posting Komentar